Selasa, 14 Mei 2013

Oleh. Ahmad Thohari, S.Pd.I

Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah swt atas segala limpahan nikmat dan rahmatNya sehingga kita masih diberi kesempatan untuk mengabdikan diri kepadaNya dalam rangka menggapai ridhaNya.
Sholawat dalam salam semoga tetap terlimpah kepada nabi muhammad swa, yang telah menunjukan kita kejalan yang di ridhoi oleh Allah swt.
Bicara masalah kepemimpinan sama halnya dengan bicara masa depan sebab: Andai tidak ada pemimpin, dunia tak akan melanjutkan perjalananya. Begitulah pesan Allah dalam sekian ayatnya dalam al-quran tentang kepemimpinan. Sebagai ruang kehidupan yang terbesar, laboratorium tercanggih, diniyah, tentu membutuhkan seorang perawat, pelestarian menjaga sirkulasi kehidupan dunia. Ia adalah pemimpin. Dalam bahasa Al-quran ia adalah kholifah.(Q . 2:30 ).
Adapun pengertian pemimpin adalah :Seorang yang melaksanakan tugas atau apa yang diharapkan darinya “ pemenuhan kebutuhan, perhatian, pemeliharaan, pembelaan dan pembinaan”.Dalam hadist rasulullah saw diterangkan : Semua kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinanya . Penguasa adalah pemimpin, lelaki adalah pemimpin di rumah tanggahnya, perempuan adalah pemimpin di rumah suaminya dan terhadap anak-anaknya, semua kamu adalah pemimpin dan setiap pemimpin bertanggung jawab atas kepemimpinanya(HR. Muslim dan Bukhori) Manusia oleh Allah di juluki sebagai makhluq yang bodoh, bahkan suka menganiaya. Dzaluman Jahulan. Teramat bodoh dan menganiaya( Q: 33:72 ) hal ini lantaran ia berani menerima amanat Tuhan sebagai pemimpin di dunia padahal makhluk lainnya, bahkan paling perkasa pun menolak dengan tegas beban sebagai pemimpin. Namun di sisi lain manusia sang pemimpin di dunia ini di sanjung oleh Allah sebagai makhluk yang mulia, terhormat dan di hormati oleh makhluk yang lain( Q : 17 : 70 ).
Menjadi pemimpin memang cukup berat, salah satunya di buktikan dengan penolakan seluruh makhluk untuk menjadi pemimpin. Ia menyukseskan agenda organisasi, lembaga atau institusi dengan tepat dan maksimal. Bukan hanya itu, seorang pemimpin juga harus menjadi tauladan dan contoh bagi bawahannya. Qudwah Hasanah. Pada akhir jabatan ia harus mempertanggung jawabkan hasil kerjanya selama satu periode kepada anggota organisasi, baik top manajerial maupun bawahan. Dan kelak pada hari pembalasan ia juga di minta pertanggung jawabannya tentang tugasnya di hadapan Allah YME. Ada juga konsekuensi: LPJ di terima atau di tolak. Di terima berarti sukses, ditolak berarti gagal dan akibatnya di kenai sanksi sosial.
Kegagalan seorang pemimpin lebih banyak di sebabkan oleh profesionalitas yang rendah, atau loyalitas bawahan yang perlu di pertanyakan. Organisasi sebagai suatu kendaraan untuk mencapai sebuah tujuan, harus di dukung oleh kekompakan dan loyalitas dari seluruh pelaku organisasi sesuai dengan tanggungjawab dan tugasnya masing-masing. Dengan kata lain baik pemimpin maupun yang di pimpin harus sama-sama PROFESIONAL.
Oleh karena itu seorang pemimpin harus memiliki kemampuan dasar dan kemampuan lanjutan. Kemampuan dasar, bahwa seorang pemimpin harus memilki tiga sikap. Best Manajerial, professional dan inovatif.
Manajerial yang baik, bahwa seorang pemimpin harus mampu memenej atau mengatur bawahannya dengan baik agar memiliki visi, misi yang selaras, sejalan dan sefaham. Sehingga tujuan organisasi akan tercapai, sebagai sebuah catatan bahwa runtuhny sebuah organisasi sering kali di sebabkan oleh mandulnya manajerial seorang pemimpin, sebagus apapun program yang di susun oleh seorang pemimpin tetapi dengan system manajerial yang buruk dapat di pastikan seluruh program tidak akan berjalan dengan baik, hal ini karena kerjasama dan kerja yang bagus sesuai dengan job masing-masing tak terwujud.
Profesional. Sikap ini merupakan kunci sukses tidaknya suatu organisasi Profesional wujud tanggung jawab dari seorang pemimpin. Tidak hanya itu, Profesional adalah sebuah bentuk dari pelaksanaan tugas dengan baik dan optimal. Seringkali kegagalan seorang pemimpin di sebabkan oleh inkosistem dari serang pemimpin, serta kurangnya Profesionalitas dari pemimpin dan bawahan.
Inilah yang terpenting di samping dua hal di atas. INOVATIF. Pada era modern ini inovasi merupakan sebuah keniscayaan, pembaharuan, penyegaran dan tampilan-tampilan baru pada organisasi sangat berperan sebagai pelestari organisasi. Terkadang orang akan jenuh dengan program-program dari pemimpin yang itu-itu saja, oleh karenanya inovasi dan kreasi-kreasi baru dari seorang pemimpin harus di tampilkan untuk lebih menghidupkan organisasi.
Kemampuan dasar saja tidak cukup, harus di dukung oleh kemampuan lanjutan. Diantaranya adalah bahwa seorang pemimpin harus kritis, berani menanggung resiko cermat serta penuh pengorbanan, mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Kreteria seorang pemimpin.
Dari cela ayat-ayat Al-qur’an ditemukan paling sedikit dua sifat pokok yang harus di sandang oleh seorang pemimpin.” Sesungguhnya orang yang paling baik Engkau tugaskan adalah yang kuat lagi terpecaya” Demikian ucapan putri Nabi Syua’ib yang di benarkan dan di abadikan dalam Al-qur’an –Al-qoshos :26. Dan bahkan Allah swt memilih jibril sebagai pembawah wahyuNya, antara lain karena malaikat ini memiliki sifat kuat lagi terpecaya( QS 82:19-20). Sedang salah satu arti amanat adalah : Kemampuan atau keahlian dalam jabatan yang akan dipangku.
Adapun beberapa modal sikap positif yang perlu untuk dimiliki oleh seorang pemimipin antara lain adalah: Jujur, Rajin, Disiplin, Tanggung jawab, Ikhlas, Istiqomah, Syukur dan kasih sayang.
Tampa sikap jujur hasilnya: Krisis kepercayaan, krisis moral ….
Tampa sikap rajin hasilnya : Kebodohan dan kemiskinan.
Tampa sikap disiplin hasilnya: Kegagalan.
Tampa sikap tanggung jawab hasilnya: Tidak ada nilai atau murah
Tampa sikap ikhlas hasilnya: Banyak konflik.
Tampa sikap istiqomah hasilnya : Tidak bertahan lama dan akhirnya jatuh.
Tampa sikap syukur hasilnya : Dijahui teman dan akhirnya jatuh.
Tampa sikp kasih sayang hasilnya: Seperti robot( materialis)

MENYELESAIKAN MASALAH DENGAN BAIK.
Sebagai seorang pemimpin, ia harus bertanggung jawab terhadap keberhasilan organisasi, bukan hanya itu, ia harus mampu menyelesaikan persoalan-persoalan yang di alami oleh organisasi dan pelakunya. Seringkali konflik internal dalam tubuh organisasi menjadikan mandeknya perjalanan organisasi, implikasi terjauhnya adalah terbengkalainya kerja organisasi bahkan yang paling parah adalah bubarnya organisasi.

Ada beberapa hal yang harus di perhatikan oleh seorang pemimpin untuk menyelesaikan permasalahan organisasi.
Pertama, bersikap netral.
Seorang pemimpin harus berbuat netral, jangan pernah bersikap diskriminan terhadap anggotanya, partner kerja. Diskriminasi atau pemilihan terhadap bawahan akan menyebabkan disharmoni antara pemimpin dan bawahan. Pada titik disharmoni inilah kerja organisasi menjadi sulitberjalan lantaran bawahan dan atasan sebagai tulang punggung organisasi sudah tak lagi konsisten dengan tugasnyadi tubuh organisasi.
Ingat netralitas adalah alat utama untuk keseimbangan organisasi. Ketika sudah tak ada netralitas maka keseimbangan organisasi akan hilang, ketika keseimbangan organisasi hilang maka secara otomatis organisasi tidak akan berjalan lagi dan akhirnya kerja organisasi akan mengalami stagnasi atau kemandekan.
Kedua, Manajemen konflik.
Manajemen konflik adalah sebuah upaya dari seorang pemimpin untuk meredam konflik, atau meminimalisir atau memanfaatkan potensi konflik dari yang negative menuju pada yang positif. Dan pertentangan individu menjadi suatu system “ Fastabiqul Khoiro”.berpacu menuju peningkatan kwalitas .
Manajemen konflik dewasa ini sangat nge-trend di dunia politik Indonesia dan karenanya sangat di butuhkan. Tingginya nilai organisasi semakin membuat organisasi mejadi sangat berharga dan banyak yang berebut untuk menaiki posisi atas organisasi. Disinilah konflik itu timbul dan semakin banyak yang berkonflik ketika semakin banyak kepentingan, menghadapi inilah seorang pemimpin di tuntut untuk memainkan manajemen konflik agar konflik yang terjadi di tubuh organisasi tidak malah menjadi energi negative tetapi menjadi energi positif. Caranya ? orang-orang yang berkonflik di ajak dan di pancing untuk bertarung satu sama lain guna mencapai tujuan organisasi. Bukan malah mengedepankan permusuhan dan perpecahan, tetapi menggiring suasana pertarungan dan konflik yang ada ke arah perbaikan organisasi.
Ketiga, Bijaksana.
Inilah fase yang paling sulit yang hendak di capai oleh seorang pemimpin, kedewasaan dalam memimpin sangat di butuhkan, dan kedewasaan di tunjukkan oleh kebijaksanaan dari seorang pemimpin. Bukan hanya bijaksana dalam menjalankan roda kepemimpinan tapi juga bijaksana dalam mengambil kebijakan organisasi. Setiap persoalan yang muncul di hadapi dan di selesaikan dengan cermat jelas dengan lapang dada, tenang, hati yang dingin dan jiwa yang legowo. Inilah kebijaksanaan yang wajib di punyai oleh seorang pemimpin, tanpa kebijaksanaan maka dapat di tebak kemana arah kerjanya organisasi. Tidak stabil, karena pemimpin tidak berhasil memimpin organisasi ini dengan penuh kearifan, kebijaksanaan dan kedewasaan. Akibat terfatal ketika pemimpin tidak mempunyai kebijaksanaan adalah semakin menumpuknya persoalan organisasi karena pemimpin tidak mampu menyelesaikan persoalan dengan tanpa melahirkan barisan-barisan yang sakit hati.

Kaderisasi Berkelanjutan, Itu Perlu !
Pemimpin tidak selamanya akan memimpin, ia di batasi oleh waktu. Ia harus mengahiri masa jabatannya ketika waktu mengabdinya pada organisasi sudah berakhir, ketika seorang pemimpin sudah di deadline habis masa jabatanya oleh peraturan maka ia harus menyiapkan pengganti untuk terus menghidupkan organisasi. Maka mengapa pemimpin di sebut dengan kholifah ? karena ia sebagai pengganti dari pemimpin sebelumnya.
Proses pelimpahan dan pemberian tanggung jawab dari pemimpin yang senior kepada yang pemimpin yang yunior inilah yang di sebut dengan kaderisasi berkelanjutan. Pada kaderisasi berkelanjutan ini seorang pemimpin harus meninggalkan kesan yang baik dan mengembirakan kepada pemimpin yang baru.
Sering kita melupakan esensi dari kaderisasi, kita hanya menganggap bahwa kaderisasi hanya proses penggantian pemimpin saja, atau dalam hal ini sering kali tidak ada persiapan yang matang baik dari pemimpin yang yunior maupun pemimpin yang senior.
Oleh karena betapa pentingnya kaderisasi ini seorang pemimpin harus tahu posisi masing-masing, pemimpin senior harus mempersiapakan kader yang akan mengantinya jauh sebelum proses penggantian kepemimpinan. Baik sarana maupun prasarana, juga sumberdaya manusianya.
Sebaliknya seorang calon pemimpin harus mempersiapkan diri sebelum di tunjuk oleh seorang pelaku organisasi untuk menjadi pemimpin yang baru yang paling utama untuk di persiapkan adalah tentang kwalitas dan sumber daya untuk pemimpin.

Disampaikan pada acara LDKK
Pondok Pesantren Mambaus sholihin. 22 juni2013.


Wallahu A’lam.

0 comments :